Pelayanan Gawat Darurat Yang Baik
NAMA : ANI WAHYUNI
NIM : 20160301169
TUGAS : MANAJEMEN PELAYANAN RS
JUDUL : PELAYANAN GAWAT DARURAT YANG BAIK
A.
Pengertian Instalasi Gawat
Darurat
Gawat : Suatu keadaan yang
mengancam nyawa pasien
Darurat : Suatu keadaan yang segera
memerlukan pertolongan
Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency
care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh
penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).Instalasi gawat
darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan kesehatan di rumah sakit. Ada
beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas, diantaranya adalah
pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat kesehatannya belum jelas.Maksud
dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang
dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya.
Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat darurat disebut dengan
nama InstalasiGawat Darurat (IGD). Tergantung dari kemampuan yang
dimiliki, keberadaan IGD dapat beraneka macam. Namun yang lazim ditemukan
adalah yang tergabung dalam rumah sakit.Meskipun telah majunya sistem rumah
sakit yang dianut oleh suatu negara bukan berarti tiap rumah sakit memiliki
kemampuan mengelola IGD sendiri. Penyebab utama kesulitan untuk
mengelola IGD adalah karena IGD merupakan salah satu dari unit
kesehatan yang paling padat modal, padat karya, serta padat teknologi.IRD yaitu
suatu tempat / unit pelayanan dirumah sakit yang memiliki tim kerja dengan
kemampuan khusus dan peralatan yang memebrikan pelayanan pasien gawat
darurat yang terorganisir.Instalasi pelayanan pertama bagi pasien
yang datang ke rumah sakit terutama dalam hal kedaruratan berdasrkan kriteria
standart baku.
B.
Tujuan
Pelayanan Gawat Darurat
Tujuan dari pelayanan gawat darurat ini adalah untuk memberikan
pertolongan pertama bagi pasien yang datang dan menghindari berbagai resiko, seperti: kematian ,menanggulangi
korban kecelakaan, atau bencana lainnya
yang langsung membutuhkan tindakan.
Pelayanan pada Unit Gawat Darurat untuk pasien yang datangakan langsung
dilakukan tindakan sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya. Bagi pasien yang
tergolong emergency (akut) akan langsung dilakukan tindakan
menyelamatkan jiwa pasien (life saving). Bagi pasien yang tergolong tidak akut
dan gawat akan dilakukan oengobatan sesuai dengan kebutuhan dan kasus
masalahnya yang setelah itu akan dipulangkan kerumah.
Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien dengan cepat,
tepat, ramah serta terpadu (CTRT) dalam penanganan tingkat kegawatdaruratan
sehingga mampu mencegah resiko kecacatan dan kematian (to save life and limb).
C. Kegiatan IGD
Menurut Flynn (1962) dalam Azrul (1997) kegiatan UGD
secara umum dapat dibedakan sebagai berikut:
1.
Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.
Kegiatan utama
yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan pelayanan gawat
darurat. Sayangnya jenis pelayanan kedokteran yang bersifat khas seing disalah
gunakan. Pelayanan gawat darurat yang sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan
kehidupan penderita (live saving), sering dimanfaatkan hanya untuk
memperoleh pelayanan pertolongan pertama (first aid) dan bahkan
pelayanan rawat jalan (ambulatory care)
2.
Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan
pelayanan rawat inap intensif.
Kegiatan kedua
yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan pelayanan penyaringan
untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya pelayanan
ini merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan merujuk
kasus-kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat
inap intensif.
3.
Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.
Kegiatan ketiga
yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan informasi medis darurat
dalam bentuk menampung serta menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat yang
ada hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency medical questions).
Pelayanan UGD
yang Baik harus memiliki disiplin pelayanan yaitu suatu aturan yang berkaitan
dengan cara memilih anggota antrian yang akan dilayani lebih dahulu. Disiplin
yang biasa digunakan adalah (Subagyo, 1993) :
- FCFS : First Come-First Served (pertama masuk, pertama dilayani)
- LCFS : Last Come-First Served (terakhir masuk, pertama dilayani)
- SIRO : Service In Random Order (pelayanan dengan urutan acak)
- Emergency First : Kondisi berbahaya yang didahulukan.
Dalam hal
kegawatdaruratan pasien yang datang ke UGD akan dilayani sesuai urutan
prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi warna ,yaitu :
- Biru : Gawat darurat,resusitasi segera yaitu Untuk penderita sangat gawat/ ancaman nyawa.
- Merah : Gawat darurat,harus MRS yaitu untuk penderita gawat darurat (kondisi stabil / tidak membahayakan nyawa )
- Kuning : Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan yaitu Untuk penderita darurat, tetapi tidak gawat
- Hijau : Gawat tidak darurat,dengan penanganan bisa rawat jalan yaitu Untuk bukan penderita gawat.
- Hitam : Meninggal dunia
Adapun
prioritas masalah masing masing dari warna yang ada adalah sebagai berikut :
1. Biru
- Henti jantung yang kritis
- Henti nafas yang kritis
- Trauma kepala yang kritis
- Perdarahan yang kritis
2. Merah
- Sumbatan jalan nafas atau distress nafas
- Luka tusuk
- Penurunan tekanan darah
- Perdarahan pembuluh nadi
- Problem kejiwaan
- Luka bakar derajat II >25 % tidak mengenai dada dan muka
- Diare dengan dehidrasi
- Patah tulang
3. Kuning
- Lecet luas
- Diare non dehidrasi
- Luka bakar derajat I dan derajat II > 20 %
4. Hijau
- Gegar otak ringan
- Luka bakar derajat I
D.
Tujuan UGD adalah :
- Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat
- Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien
- Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang terjadi dalam maupun diluar rumah sakit
- Suatu IRD harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi pada masyarakat dengan problem medis akut
E. Indiktor Pelayanan Rumah sakit menurut Kepmenkes no-129-tahun-2008
- UGD harus buka 24 jam
- UGD juga harus memiliki penderita – penderita false emergency (korban yang memerlukan tindakan medis tetapi tidak segera),tetapi tidak boleh memggangu / mengurangi mutu pelayanan penderita- penderita gawat darurat.
- UGD sebaiknya hanya melakukan primary care sedangkan definitive care dilakukan ditempat lain dengan cara kerjasama yang baik seperti Unit Rawat Jalan / Rawat Inap
- UGD harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya dalam penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD)
- UGD harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas pelayanan kesehatan masyarakat sekitarnya.
F.
Kemampuan minimal petugas UGD
Menurut Depkes
1990
- Membuka dan membebaskan jalan nafas (Airway)
- Memberikan ventilasi pulmoner dan oksigenasi (Breathing)
- Memberikan sirkulasi artificial dengan jalan massage jantung luar (Circulation)
- Menghentikan perdarahan,balut bidai,transportasi,pengenalan dan penanggulangan obat resusitas,membuat dan membaca rekaman EKG
G.
Kemampuan tenaga perawat UGD
Sesuai dengan
pedoman kerja perawat,Depkes 1999
- Mampu mengenal klasifikasi dan labelisasi pasien
- Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas,gagal jantung,kejang,koma,perdarahan,kolik, status asthmatikus,nyeri hebat daerah panggul dan kasus ortopedi.
- Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan Askep
- Mampu berkomunikasi :intern dan ekstern
H.
Sarana dan prasarana fisik ruangan yang diperlukan di UGD
Ketentuan umum
fisik bangunan :
- Harus mudah dijangkau oleh masyarakat
- Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda (Alur masuk kendaraan /pasien tidak sama dengan alur keluar)
- Harus memiliki ruang dekontaminasi (dengan fasilitas shawer) yang terletak antara ruang “triage “(ruang penerimaan pasien) dengan ruang tindakan
- Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu
- Ruang triage harus dapat memuat minimal 2 brankar
I.
UGD yang baik harus memiliki Triage yang baik
Triage
mempunyai arti menyortir atau memilih. Dirancang untuk menempatkan pasien yang
tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi pelayanan yang tepat. Triage
merupakan suatu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit dan menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi. Dan
merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan.
Dalam Triage
tidak ada standard nasional baku, namun ada 2 sistem yang dikenal, yaitu:
1. METTAG (Triage tagging system).
Sistim METTAG
merupakan suatu pendekatan untuk memprioritisasikan tindakan.
Prioritas Nol (Hitam)
:
- Mati atau jelas cedera fatal.
- Tidak mungkin diresusitasi.
Prioritas
Pertama (Merah) :
Cedera berat
yang perlukan tindakan dan transport segera.
- gagal nafas,
- cedera torako-abdominal,
- cedera kepala / maksilo-fasial berat,
- shok atau perdarahan berat,
- luka bakar berat.
Prioritas Kedua
(Kuning) :
Cedera yang
dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat :
- cedera abdomen tanpa shok,
- cedera dada tanpa gangguan respirasi,
- fraktura mayor tanpa shok,
- cedera kepala / tulang belakang leher,
- luka bakar ringan.
Prioritas
Ketiga (Hijau) :
Cedera minor
yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :
- cedera jaringan lunak,
- fraktura dan dislokasi ekstremitas,
- cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas,
- gawat darurat psikologis.
Sistim METTAG
atau pengkodean dengan warna system tagging yang sejenis, bisa digunakan
sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START.
2. Sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid
Transportation).
Penuntun
Lapangan START memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban
yang dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan
transport segera.
Penuntun
Lapangan START dimulai dengan penilaian pasien 60 detik, meliputi pengamatan
terhadap ventilasi, perfusi, dan status mental. Hal ini untuk memastikan
kelompok korban :
- perlu transport segera / tidak,
- tidak mungkin diselamatkan,
- mati.
Sistem triase
Non Bencana :
Memberikan pelayanan terbaik pada pasien secara individu.
Bencana /
Korban Berganda : Memberikan pelayanan paling efektif untuk sebanyak mungkin
pasien
Objektif primer di ird
- Pengenalan tepat yang butuh pelayanan segera
- Menentukan area yang layak untuk tindakan
- Menjamin kelancaran pelayanan dan mencegah hambatan yang tidak perlu
- Menilai dan menilai ulang pasien baru / pasien yang menunggu
- Beri informasi /rujukan pada pasien / keluarga
- Redam kecemasan pasien / keluarga; humas
Aturan primer petugas
- Skrining pasien secara cepat.
- Penilaian terfokus.
Sasaran primer dan sekunder triase
- Primer : Mengenal kondisi yang mengancam jiwa.
- Sekunder : Memberi prioritas pasien sesuai kegawatannya.
Prinsip umum triase
- Perkenalkan diri anda dan jelaskan apa yang akan anda lakukan.
- Pertahankan rasa percaya diri pasien.
- Coba untuk mengamati semua pasien yang datang, bahkan saat mewawancara pasien.
- Pertahankan arus informasi petugas triase dengan area tunggu & area tindakan. Komunikasi lancar sangat perlu. Bila ada waktu adakan penyuluhan.
- Pahami sistem IRD dan keterbatasan anda. Ingat objektif primer aturan triase. Gunakan sumber daya untuk mempertahankan standar pelayanan memadai.
Pahami juga :
- Struktur pembagian ruangan dengan perangkat yang sesuai.
- Pemeriksaan fisik singkat dan terfokus.
- WASPADA atas pasien dengan ancaman jiwa atau serius potensial terancam hidup atau anggota badannya harus didahulukan dalam penilaian hingga dapat segera ditindak.
Prinsip dari
triage yang baik :
1. Triase harus cepat dan tepat
Kemampuan untuk
merespon secara cepat, terhadap keadaan yang menganca nyawa merupakan suatu
yang sangan penting pada bagian kegawatdaruratan
2. Pemeriksaan harus adekuat dan akurat
Akurasi
keyakinan dan ketangkasan merupakan suatu element penting pada proses
pengkajian
3. Keputusan yang diambil berdasarkan pemeriksaan
Keamanan dan
keefektifan perawatan pasien hanya dapat direncanakan jika ada informasi yang
adekuat dan data yang akurat
4. Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondisi
Tanggungjawab
utama dari perawat triase adalah untuk mengkaji dan memeriksa secara akurat
pasien, dan memberikan perawatan yang sesuai pada pasien, termasuk intervensi
terapiutik, prosedur diagnostic, dan pemeriksaan pada tempat yang tepat untuk
perawatan
5. Kepuasan pasien tercapai
- Perawat triase harus melaksanakan prinsip diatas untuk mencapai kepuasan pasien
- Perawat triase menghindari penundaan perawatan yang mungkin akan membahayakan kesehatan pasien atau pasien yang sedang kritis
- Perawat triase menyampaikan support kepada pasien, keluarga pasien, atau teman
(Department
Emergency Hospital Singapore, 2009)
J.
Prinsip umum lain dalam asuhan keperawatan yang di berikan oleh perawat di
ruang gawat darurat antara lain :
- Penjaminan keamanan diri perawatan dan klien terjaga, perawat harus menerapkan prinsip universal precaution, mencegah penyebaran infeksi dan memberikan asuhan yang nyaman untuk klien
- Cepat dan tepat dalam melakukan triage, menetapkan diagnose keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan
- Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasi masalah biologi dan psikologi klien
- Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klin dan keluarga diberikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama perawat dan klien
- System monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan
- Sisten dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah, cepat dan tepat
- Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga.
Tipe Triage :
Ada beberapa
Tipe triage, yaitu :
1. Daily triage
Daily triage
adalah triage yang selalu dilakukan sebagai dasar pada system kegawat
daruratan. Triage yang terdapat pada setiap rumah bsakit berbeda-beda, tapi
secara umum ditujukan untuk mengenal, mengelompokan pasien menurut yang
memiliki tingkat keakutan dengan tujuan untuk memberikan evaluasi dini dan
perawatan yang tepat. Perawatan yang paling intensif dberikan pada pasien
dengan sakit yang serius meskipun bila pasien itu berprognosis buruk.
Merupakan
triage yang terdapat ketika sestem kegawatdaruratan di suatu tempat bencana
menangani banyak pasien tapi belum mencapai tingat ke kelebihan kapasitas.
Perawatan yang lebih intensif diberikan pada korban bencana yang kritis. Kasus
minimal bisa di tunda terlebih dahulu.
3. Disaster Triage
Ada ketika
system emergensi local tidak dapat memberikan perawatan intensif sesegera
mungkin ketika korban bencana sangat membutuhkan. Filosofi perawatan berubah
dari memberikan perawatan intensif pada korban yang sakit menjadi memberikan
perawatan terbaik untuk jumlah yang terbesar. Fokusnya pada identifikasi korban
yang terluka yang memiliki kesempatan untuk bertahan hidup lebih besar dengan
intervensi medis yang cepat. Pada disaster triage dilakukan identifikasi korban
yang mengalami luka ringan dan ditunda terlebih dahulun tanpa muncul resko dan
yang mengalami luka berat dan tidak dapat bertahan. Prioritasnya ditekankan
pada transportasi korban dan perawatan berdasarkan level luka.
4. Military Triage
Sama dengan
tiage lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi disbanding dengan aturan medis
biasanya. Prinsip triage ini tetap mengutamakan pendekatan yang paling baik
karena jika gagal untuk mencapai tujuan misi akan mengakibatkan efek buruk pada
kesehatan dan kesejahteraan populasi yang lebih besar.
5. Special Condition triage
Digunakan
ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban. Contohnya kejadian yang
berhubungan dengan senjara pemusnah masal dengan radiasi, kontaminasi biologis
dan kimia. Dekontaminasi dan perlengkapan pelindung sangat dibutuhkan oleh
tenaga medis. (Oman, Kathleen S., 2008;2)
Ada beberapa
istilah yang digunakan dalam unit gawat darurat berdasarkan Prioritas
Perawatannya, antara lain :
1. Gawat Darurat (P1)
Keadaaan yang
mengancam nyawa/adanya gangguan ABC dan perlu tindakan segera, misalnya cardiac
arrest, penurunan kesadaran , trauma mayor dengan perdarahan hebat
2. Gawat Tidak Darurat (P2)
Keadaan
mengangancam nyawa tetepi tidak memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan
resusitasi maka ditindak lanjuti oleh dokter specialis. Misalnya : pasien
kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainya.
3. Darurat Tidak Gawat (P3)
Keadaan yang
tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar, tidak
ada gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi definitif. Untuk tindak
lanjut dapat ke poliklinik, misalnya: laserasi, fraktur
minor/tertutup,sistitis, otitis media dan lainya.
4. Tidak Gawat Tidak Darurat
Keaadaan yang
tidak mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda
klinis ringan/asimptomatis. Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya
(ENA, 2001;Iyer, 2004)
Fauzanlampoeng.http://www.scribd.com/doc/50079020/sarana-dan-prasarana-fisik-unh-gawat-darurat
http://www.academia.edu/5660816/Pelayanan_Gawat_Darurat_dan_Rawat_Jalan
Peraturan Kepmenkes no-129-tahun-2008
STIKBINAHUSADA.2008.http://blogspot.com/2008/12/konsep-dasar-keperawatan-gawat-darurat.html
Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta : EGC
Oman, K 2008. Panduan Belajar Keperawatan Gawat Darurat : Jakarta : EGC
Aninomous,1999. Triage officers course.
Singapore : departement of emergency medicine singapore general hospital
Wikipedia, the free encyclopedia, 2009, triage, (Online), (http://en.wikipedia. org/wiki/triage, Diakses pada tgl 21 Maret 2010).
Komentar
Posting Komentar